Senin, 08 Agustus 2011

Trik Ajarkan Disiplin pada Balita Anda



Jakarta - Saat si kecil memasuki usia balita, dia bisa menjadi sangat sulit untuk ditangani. Anak mulai susah diajak mandi atau makan. Dia bisa tiba-tiba marah dan menangis kencang saat keinginannya tidak dituruti, dan masih banyak masalah lainnya.


Masa balita bisa jadi saat yang sulit sekaligus menyenangkan untuk orangtua. Di usia ini, anak mulai menunjukkan berbagai kepintarannya. Namun di sisi lain, dia juga mulai terlihat mandiri. Hambatannya adalah, mereka masih memiliki kemampuan terbatas dalam berkomunikasi dan memahami sesuatu.


"Mereka (anak-anak berusia balita) mengerti kalau mereka bisa melakukan sesuatu," ujar Spesialis Perkembangan Anak, Claire Lerner, seperti dikutip WebMD.


"Hal ini pun membuat mereka ingin menunjukkan pada dunia dan menegaskan pada diri mereka sendiri dengan cara yang baru, bukan bayi lagi. Namun masalahnya mereka memiliki kontrol diri yang kurang dan belum berpikir rasional," urai Lerner.


Dengan segala kombinasi cara berpikir dan tingkah laku itu, bukan tidak mungkin Anda kerap merasa hilang akal menghadapi si kecil. Apalagi jika kata-kata yang sering diucapkannya adalah 'tidak'.


Jadi, adakah solusi agar mengurus si balita menjadi lebih mudah? Berikut ini beberapa cara mudah mendisiplinkan si kecil:


1. Konsisten


Perintah dan rutinitas membuat si kecil merasa memiliki tempat perlindungan dari dunia yang mereka lihat tidak dapat diprediksi," ujar Lerner. "Saat ada sesuatu yang sudah bisa diprediksi dan dilakukan dengan rutin, ini membuat anak merasa lebih nyaman dan aman. Mereka pun jadi lebih bersikap manis dan tenang karena tahu apa yang akan terjadi," tambahnya.


Sesuai dengan saran Lerner tersebut, cobalah untuk melakukan segala kegiatan si kecil sesuai jadwal, setiap hari. Artinya Anda harus memiliki waktu tidur siang, makan dan tidur malam yang konsisten. Begitu juga konsisten kapan waktu dia bisa bermain.


Jika Anda hendak membuat perubahan, misalnya saat Anda harus pergi ke luar kota, katakan padanya sejak jauh-jauh hari. Persiapkan anak menghadapi hal ini agar mereka tidak terlalu kaget pada perubahan tersebut.


Konsistensi juga penting dalam hal disiplin. Contohnya saat Anda mengatakan 'tidak boleh memukul', saat si kecil untuk pertama kalinya memukul anak lain di taman bermain, Anda harus terus mengatakan hal yang sama, jika ia melakukannya untuk kedua atau ketiga kalinya.


2. Hindari Situasi yang Membuat Stres atau Marah


Saat si kecil mulai menginjak usia balita, Anda sebaiknya meluangkan waktu untuk memahami apa saja yang membuatnya marah. Biasanya adalah karena mereka lapar, mengantuk dan perubahan mendadak.


Dengan melakukan perencanaan, Anda sebenarnya bisa menghindari kemarahannya ini dan membuatnya tetap tenang. "Misalnya saja, Anda jangan pergi ke supermarket di waktu anak seharusnya tidur siang, jika tidak mau anak tiba-tiba marah-marah," ujar dr. Lisa Asta, dokter anak di California yang juga asisten professor di Universitas California.


3. Berpikirlah Seperti Anak Balita


Anak balita belum bisa memahami segala sesuatunya apa adanya. Misalnya saja soal bagaimana harus bersikap dengan benar dan sesuai aturan. Jadi saat menghadapi si kecil, cobalah melihat dari perspektif anak untuk mencegah dia tantrum.



"Anda bisa bilang, ibu tahu, kamu tidak suka mandi, tapi kamu harus melakukannya," ujar Lerner. "Ucapan itu membuatnya tidak terintimidasi. Kita seolah memahami perasaannya," tambahnya.



Memberikan anak pilihan juga bisa Anda lakukan untuk menunjukkan kalau Anda menghargainya dan memahami perasaannya. Misalnya saja, saat anak tidak mau memakai sepatu, tanyakan saja padanya sepatu warna apa yang mau ia pakai, merah atau biru. Dengan memiliki pilihan, anak merasa mereka memiliki kontrol terhadap situasi yang sedang dialami.



4. Belajar Bagaimana Mengalihkan Perhatian


Saat si kecil sudah lebih dari 10 kali melempar bola ke dinding ruang tamu dan dia tidak berhenti meskipun Anda sudah menyuruhnya, inilah saatnya Anda mengalihkan perhatiannya ke hal lain. Anda juga bisa mencoba mengajaknya bermain di luar.


"Orangtua sebaiknya menciptakan lingkungan yang bisa kondusif untuk perilaku balita," saran Rex Forehand, PhD, Professor Psikologi di University of Vermont dan penulis buku 'Parenting the Strong-Willed Child'.



"Jika mereka melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan (seperti bermain bola di ruang tamu), Anda seharusnya bukan melarangnya, tapi coba cari aktivitas lain," tambah Rex.



5. Berikan Anak Time Out


Time out merupakan salah satu fondasi untuk membangun disiplin anak. Meskipun cara ini sebenarnya belum bisa benar-benar diterapkan saat anak berusia balita.


Akan ada implikasi negatif jika Anda memberikan anak balita time out terlalu lama. Anak akan merasa mereka nakal. Padahal sebenarnya Anda ingin mengajarkannya bersikap yang baik.


Jika Anda memberikan si kecil time out, batasi waktunya hanya 1-2 menit. Jangan juga katakan pada anak kalau itu adalah time out karena anak di bawah tiga tahun belum memahaminya. Gunakan kalimat yang lebih positif untuk menyebut time out.


Lerner menyarankan buat tempat yang nyaman untuk anak sehingga dia bisa tenang. Perbaiki sikapnya yang tidak baik, namun jangan lupa juga untuk memberikan pujian atas sikap baiknya.



"Jika Anda tidak memberikan pujian saat anak bersikap baik, terkadang mereka akan melakukan hal buruk hanya untuk mendapatkan perhatian," tambah Asta. Kalau Anda memuji anak atas perbuatan baiknya, kemungkinan besar anak mau melakukannya lagi.


6. Tetap Tenang


Saat si kecil mengalami tantrum di mall, Anda sudah pasti berusaha menghindari tatapan orang yang lewat. Saat itu Anda pasti akan dengan mudah tersulut emosi dan memarahinya. Merasa tetap tenang memang sulit, namun dengan kehilangan kontrol diri, bisa membuat situasi semakin panas dan Anda pun stres.


Coba tarik napas sejenak dan dinginkan kepala. "Kemarahan malah akan membuat Anda lebih buruk dan merasa bersalah. Hal itu juga tidak akan berdampak baik pada anak," saran Forehand.


Sedangkan Lerner menyarankan, jangan tunjukkan emosi Anda saat si kecil mengamuk. Bersikaplah seperti tidak ada yang terjadi. "Diamkan saja sikap anak. Saat anak tahu kalau teriakannya tidak menarik perhatian Anda, dia akhirnya akan lelah berteriak," tuturnya.

10 Penyebab Bayi Menangis & Cara Mengatasinya


Jakarta - Bayi berkomunikasi dengan Anda dengan menangis. Dari tangisannya itu, mereka mencoba memberitahu Anda apa yang diinginkannya.

Namun terkadang, pada beberapa orangtua tangisan bayi tersebut malah membuat panik. Apalagi jika tangisan bayi tak kunjung berhenti.

Memang bisa jadi sangat tricky untuk mengetahui penyebab bayi menangis, terutama di awal kelahirannya dan Anda adalah seorang ibu baru. Untuk membantu Anda, berikut ini 10 penyebab bayi menangis dan bagaimana cara mengatasinya seperti dikutip dari babycenter:

1. Lapar

Cobalah untuk mengenali tanda-tanda kapan bayi Anda lapar dan kapan Anda harus menyusuinya (jika masih berusia di bawah enam bulan) atau diberi makan (di atas enam bulan). Beberapa tanda yang diberikan bayi baru jika mereka lapar adalah, mulut dan lidah mengeluarkan gerakan menghisap, tangan bergerak ke arah mulut berulang kali, tangisan atau suaranya pelan, kepalanya secara refleks berputar saat Anda menempelkan tangan di dekat pipinya.

2. Buang Air Kecil atau Besar

Beberapa bayi akan segera memberitahu Anda saat mereka ingin popoknya diganti karena mereka buang air kecil atau besar. Sementara beberapa bayi bisa mentoleransi untuk tidak segera diganti. Masalah kedua ini tentu lebih mudah diketahui. Anda tinggal mengecek apakah memang popoknya basah atau tidak.

3. Mau Tidur

Orang dewasa kerap berpikir jadi bayi itu menyenangkan, mereka bisa langsung tidur jika mengantuk, kapanpun dan dimanapun mereka mau. Namun kenyataannya, ternyata tidak semudah itu. Bayi bisa resah dan menangis saat mengantuk, apalagi jika mereka terlalu lelah. Jika bayi menangis karena hal ini, Anda bisa menenangkan dengan menggendongnya, menyusuinya, bicara lembut dengannya atau bernyanyi.


4. Ingin Digendong atau Dipeluk

Bayi senang dipeluk atau digendong orangtuanya. Mereka suka melihat wajah orangtuanya, mendengar suaranya dan detak jantungnya atau bahkan mencium bau khas Anda. Menangis bisa jadi salah satu caranya memberitahu kalau dia ingin dipeluk atau digendong.

5. Masalah di Perut (Kolik, Terlalu Banyak Gas, dan lain-lain)

Bayi yang kolik biasanya akan menangis tidak berhenti-henti. Ada beberapa hal yang bisa menjadi pertimbangan bahwa bayi kemungkinan mengalami kolik, yaitu bayi berusia kurang dari lima bulan, menangis selama lebih dari 3 jam dan berturut-turut selama tiga hari atau hingga mencapai seminggu.

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti kenapa bayi bisa kolik. Pengobatan untuk bayi kolik yang efektif pun belum ditemukan.

Namun bukan berarti ibu tidak bisa mengatasinya. Untuk Anda yang menyusui, usahakan menghindari produk susu olahan serta makanan yang menimbulkan gas seperti kubis.

Saat bayi kolik, usahakan terus ada di dekatnya. Gerakan dan kontak tubuh ibu dapat sedikit menenangkannya. Anda juga bisa mencoba menelungkupkan bayi melintang di pangkuan, sambil menggosok-gosok punggungnya.

6. Ingin Disendawakan

Jika bayi menangis setelah disusui, bisa jadi dia butuh disendawakan. Bayi bisa terlalu kenyang sehingga dia merasa tidak nyaman, makanya sendawa perlu dilakukannya.

Untuk menyendewakannya, Anda bisa mencoba meletakkan bayi di pundak, lalu tepuk-tepuk pelan punggungnya.

7. Kedinginan atau Kepanasan

Bayi bisa menangis karena dua hal ini, merasa kedinginan atau kepanasan. Namun bayi umumnya lebih merasa tidak nyaman jika mereka kepanasan ketimbang kedinginan. Pastikan Anda paham kapan mereka merasakan kedua hal tersebut. Misalnya jika Anda memakaikan baju yang terlalu tebal, copot baju tersebut hingga bayi merasa nyaman.

9. Tumbuh Gigi

Bayi bisa sangat rewel saat giginya mulai tumbuh, hal itu karena dia merasakan sakit pada gusinya. Kalau Anda melihat bayi menangis namun tidak juga tahu apa penyebabnya, cobalah sentuh gusinya dengan jari. Kalau ternyata ada bagian yang kasar, artinya si kecil sedang tumbuh gigi.

Rata-rata gigi bayi mulai tumbuh di usia 4-7 bulan, namun bisa juga lebih cepat. Pada beberapa bayi, proses ini bisa membuatnya demam.

Untuk merangsang pertumbuhan gigi tersebut, ibu bisa memberikan bayi teether untuk digigiti. Jika dia menangis, alihkan perhatiannya dengan banyak bermain atau menggendongnya.

10. Sakit

Kalau Anda merasa semua kebutuhan bayi sudah terpenuhi, namun dia masih menangis. Dia mungkin saja sakit. Coba cek temperatur tubuhnya untuk mengetahui apakah dia demam atau tidak.

Tangisan bayi yang menangis biasanya berbeda dengan saat mereka lapar atau sedih. Kalau Anda merasa tangisannya terdengar tidak biasa, percayalah insting Anda dan hubungi dokter.